Dikutip dari Wikipedia, Pluralisme terdiri dari dua kata
plural (beragam) dan isme (paham) yang berarti paham atas keberagaman. Secara
luas, pluralisme merupakan paham yang menghargai adanya perbedaan dalam suatu
masyarakat dan memperbolehkan kelompok yang berbeda tersebut untuk tetap
menjaga keunikan budayanya masing-masing. Maka dalam hal tersebut, Islam secara
mutlak menghargai dan memperbolehkan adanya perbedaan dalam masyarakat, dan
Islam sangat menghargai hal tersebut.
Tapi apa jadinya kalau Pluralitas ini diseret pada perkara
agama, apalagi agama Islam. Dikutip dari Wikipedia pula, Pluralitas dalam agama
adalah:
-Sebagai pandangan dunia yang menyatakan bahwa agama
seseorang bukanlah sumber satu-satunya yang eksklusif bagi kebenaran, dan
dengan demikian di dalam agama-agama lain pun dapat ditemukan,
setidak-tidaknya, suatu kebenaran dan nilai-nilai yang benar.
-Sebagai penerimaan atas konsep bahwa dua atau lebih agama
yang sama-sama memiliki klaim-klaim kebenaran yang eksklusif sama-sama sahih.
Pendapat ini seringkali menekankan aspek-aspek bersama yang terdapat dalam
agama-agama.
-Kadang-kadang juga digunakan sebagai sinonim untuk
ekumenisme, yakni upaya untuk mempromosikan suatu tingkat kesatuan, kerja sama,
dan pemahaman yang lebih baik antar agama-agama atau berbagai denominasi dalam
satu agama.
-Dan sebagai sinonim untuk toleransi agama, yang merupakan
prasyarat untuk ko-eksistensi harmonis antara berbagai pemeluk agama ataupun
denominasi yang berbeda-beda.
Adanya paham Pluralisme dalam agama, menimbulkan paham sesat
yaitu semua agama adalah sama dan benar, pada hakikatnya mereka menyembah
sesuatu yang sama yakni Tuhan alias kesetaraan agama. Dan hal ini sangat Allah
bantah dalam QS. Ali-Imran ayat 19, Allah berfirman:
إِنَّ الدِّينَ
عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا
مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِآيَاتِ
اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah
berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab, kecuali setelah mereka
memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa yang ingkar
terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat perhitungan-Nya”
Dan pada QS. Ali-Imran ayat 85 Allah berfirman:
وَمَن يَبْتَغِ
غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, dia
tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi”
Kebenaran Islam ialah mutlak. Dan tidak mungkin ada yang
menyamai derajat Din Islam. Rasulullah SAW pun bersabda:
اْلإِسْلاَمُ
يَعْلُوْ وَلاَ يُعْلَى
“sesungguhnya Islam itu tinggi tidak ada agama yang lebih
tinggi daripadanya”
Maka otomatis kebenaran itu hanya ada pada Islam. Pluralisme
mengajarkan bahwa suatu kebenaran adalah relatif dan tidak tertuju pada satu
agama saja, dan Allah jelas membantah hal tersebut.
Pluralisme dalam agama ini sangatlah berbahaya dampaknya
terhadap aqidah seorang muslim. Karena apabila kita sudah menganggap kebenaran dalam
agama itu relatif, itu artinya kita sudah mengakui kebenaran dalam aqidah agama
lain, sehingga menyebabkan kesyirikan. Padahal Allah ialah esa, dan Allah hanya
meridhoi satu Din yakni Islam. Allah sudah menegaskan dalam QS. Al-Ikhlas ayat
1-4:
قُلۡ هُوَ اللّٰهُ
اَحَدٌ. اَللّٰهُ الصَّمَدُ. لَمۡ يَلِدۡ ۙ وَلَمۡ يُوۡلَدۡ. وَلَمۡ يَكُنۡ لَّهٗ كُفُوًا
اَحَدٌ
“Katakanlah (Muhammad), ‘Dialah Allah, Yang Maha Esa, Allah
tempat meminta segala sesuatu, (Allah) tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan, Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.’”
Dengan menyetujui paham Pluralisme, anda sudah memikul Dosa
yang paling besar dan tidak akan Allah ampuni, yakni syirik. Dalam QS. An-Nisa
ayat 48 Allah berfirman:
إِنَّ اللهَ لاَ
يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَادُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ وَمَن يُشْرِكْ
بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allâh tidak akan mengampuni dosa syirik,
dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa mempersekutukan Allâh, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang
besar”
Rasulullah pun pernah bersabda:
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
بْنِ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلَاثًا
قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ
وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ قَالَ فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا
حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ
“Dari Abdurrahman bin Abi Bakrah, dari bapaknya
Radhiyallahu anhu, ia berkata, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Perhatikanlah
(wahai para sahabat), maukah aku tunjukkan kepada kalian dosa-dosa yang paling
besar?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakannya tiga kali. Kemudian
para sahabat mengatakan: ‘Tentu, wahai Rasulullah.’ Beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: “Syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua,’
sebelumnya beliau bersandar, lalu beliau duduk dan bersabda, ‘Perhatikanlah!
Dan perkataan palsu (perkataan dusta),’ beliau selalu mengulanginya sampai kami
berkata, ‘Seandainya beliau berhenti’” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tapi dengan Pluralisme agama kita dapat bertoleransi
tanpa ada pihak yang dirugikan, dan dengan Pluralisme agama, kita akan hidup dengan
harmonis dengan umat yang tidak sama dalam beragama
Omong kosong, kurang apakah Islam dalam bertoleransi? Kurang
apakah Islam dalam menghormati umat beragama lain? Kurang apakah umat Islam
dalam menghargai mereka yang tidak satu agama? Nabi sudah mengajarkan umat Islam
toleransi yang sempurna dan dengan batasan-batasannya. Ingat, Islam mengajarkan
tasamuh, akan tetapi tasamuh pun ada batasannya, jangan sampai kita membawa
kata toleransi akan tetapi luntur aqidah kita dengan pemahaman-pemahaman yang
menyimpang dalam hal aqidah. Naudzubillahimin dzalik
Wallahu A’lam
image source: www.tokome.id
Post a Comment