Allah memerintahkan Nabi Musa berdakwah kepada Firaun, bukan
memberontak apalagi mengkudetanya. Padahal seperti yang kita tahu, Firaun
adalah sosok raja yang sangat dzalim, kejam, dan biadab bahkan Allah katakan
bahwa Firaun adalah sosok pemimpin yang sudah melampaui batas. Allah berfirman
pada QS. Taha ayat 43:
اذْهَبَا إِلَى
فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَ
“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, Sesungguhnya Dia
telah melampaui batas”
Bahkan pada ayat setelahnya Taha ayat 44, Allah berfirman:
فَقُولَا لَهُ
قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَ
“Maka berbicaralah kamu berdua kepada nya dengan
kata-kata yang lembut. Mudah-mudahan ia ingat atau takut.”
Kepada Firaun Allah perintahkan Nabi Musa dan Harun agar berdakwah
degan lembut. Maka yang jadi tanda tanya adalah bolehkah kita melengserkan dan
mengkudeta pemerintah atau rezim yang dzalim? Dan bagaimana sikap kita sebagai
seorang muslim yang taat kepada Allah dan Rasulnya?
Dalam HR. Bukhari dan Muslim Ubadah bin Shamit berkata:
دَعَانَا النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَايَعْنَاهُ، فَقَالَ فِيمَا أَخَذَ عَلَيْنَا:
أَنْ بَايَعَنَا عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ، فِي مَنْشَطِنَا وَمَكْرَهِنَا، وَعُسْرِنَا
وَيُسْرِنَا وَأَثَرَةً عَلَيْنَا، وَأَنْ لاَ نُنَازِعَ الأَمْرَ أَهْلَهُ، إِلَّا
أَنْ تَرَوْا كُفْرًا بَوَاحًا، عِنْدَكُمْ مِنَ اللَّهِ فِيهِ بُرْهَانٌ
“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pernah memanggil kami, kemudian membaiat kami. Ketika membaiat kami beliau mengucapkan poin-poin baiat yaitu: taat dan patuh kepada pemimpin, baik dalam perkara yang kami sukai ataupun perkara yang tidak kami sukai, baik dalam keadaan sulit maupun keadaan lapang, dan tidak melepaskan ketaatan dari orang yang berhak ditaati (pemimpin). Kecuali ketika kalian melihat kekufuran yang jelas, yang kalian punya buktinya di hadapan Allah.”
Maka berdasarkan hadits di atas, memberontak terhadap
pemerintah, atau melengserkannya tidak dibenarkan dalam Islam. Kecuali melihat
kekufuran yang jelas pada pemimpin kita dan memiliki bukti dihadapan Allah.
Kita wajib mentaati pemimpin sekalipun mereka dzalim terhadap kita. Selama
perintahnya tidak bertentangan dengan hukum Allah kita diwajibkan untuk taat.
Maka bagaimana apabila pemimpin memberikan perintah maksiat? Rasulullah bersabda:
لَا طَاعَةَ فِي
مَعْصِيَةٍ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوفِ
“Tidak ada ketaatan di dalam maksiat, taat itu hanya
dalam perkara yang ma’ruf” (HR. Bukhari dan Muslim)
Berdasarkan hadits tersebut, taat hanya ada pada perkara
yang ma’ruf. Maka ketika pemimpin memberikan perintah yang mengandung maksiat,
kita tidak memiliki kewajiban untuk melaksanakannya dan diwajibkan untuk
meninggalkannya.
Ketika memiliki pemimpin yang dzalim, kita diperintahkan
untuk taat dan bersabar. Rasulullah SAW bersabda:
يَكُونُ بَعْدِي
أَئِمَّةٌ لَا يَهْتَدُونَ بِهُدَايَ وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي وَسَيَقُومُ فِيهِمْ
رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِي جُثْمَانِ إِنْسٍ) قَالَ قُلْتُ كَيْفَ
أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ قَالَ تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلْأَمِيرِ
وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ
“Akan ada penguasa-penguasa setelahku, mereka tidak
mengikuti petunjukku, tidak melaksanakan sunnahku. Hudzaifah bertanya, ‘Jika
aku menemui hal itu, maka bagaimana yang akan aku lakukan wahai Rasulullah?’
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Dengarlah dan taatilah
pemimpin, walaupun dia memukul punggungmu dan merampas hartamu, namun tetap
dengarlah dan taatilah’” (HR. Muslim)
Dan barangsiapa yang memisahkan diri dari kepemimpinan,
mereka akan mati dalam keadaan Jahiliyah sama seperti suku Quraisy yang
tidak memiliki pemimpin yang sah dan tetap, dan fanatik terhadap suku mereka
sendiri. Rasulullah bersabda:
مَنْ خَرَجَ مِنَ
الطَّاعَةِ وَفَارَقَ الْجَمَاعَةَ فَمَاتَ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً
“Barangsiapa keluar dari ketaatan dan memisakan diri dari Jama’ah lalu dia mati, dia mati dengan keadaan kematian jahiliyah” (HR. Muslim)
Sebagai seorang muslim yang taat, sikap kita adalah sabar,
mendoakkan pemimpin kita, tetap taat dan jangan memberontak karena Rasulullah
pun melarang hal tersebut, dan kita sebagai rakyat jangan khawair, karena Allah
sendiri yang akan mengurus perkara pemimpin yang dzalim dan korup. Allah sudah
memberikan ancaman kepada mereka para pemimpin dan penguasa. Rasulullah
bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ
وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kamu adalah pemimpin/pengatur dan akan ditanya
tentang kepemimpinannya.” (HR. Bukhari)
Rasulullah juga bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ
يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ
إِلاَّ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
“Tidak ada seorang hamba yang Allah memberikan kekuasaan
kepadanya mengurusi rakyat, pada hari dia mati itu dia menipu rakyatnya,
kecuali Allah haramkan surga atasnya” (HR. Muslim)
Wallahu A’lam
image source: mediaindonesia.com
Lanjutkan
ReplyDeletejazakallah terimakasih sudah berkunjung..
DeletePost a Comment