PROPAGANDA FIRAUN DAN UPAYA PENGHANCURAN RISALAH NABI MUSA

 


Siapa yang tidak tahu dengan kisah Nabi Musa Alaihi Salam. Nabi Musa adalah salah satu Rasul Allah yang memiliki keistimewaan, Nama Nabi Musa adalah nama yang paling banyak disebut dalam Qur’an, dibandingkan dengan Nabi lainnya. Mungkin Allah ingin kita belajar sesuatu dari kisah Nabi Musa ini.


Kisah Nabi Musa ini memiliki banyak hikmah, karena banyaknya ujian dan cobaan yang diberikan kepada Nabi Musa. Dari kisahnya melawan pemerintah yang dzalim Firaun, hingga mengurus Bani Israil yang terkenal tabiatnya suka membangkang dan ngeyel. Dan itu semua Allah angkat kisahnya dalam Qur’an tidak lain adalah untuk menjadi pelajaran bagi kita umat-umat setelahnya.


Yang namanya dakwah, pasti ada yang mendustakannya. Salah satu yang mendustakannya ialah Firaun laknatullah alaih. Firaun telah buta akan kekuasaan dan obsesi menjadi Tuhan atas manusia, bahkan dalam QS. An-Naziat ayat 24 Allah berfirman:


فَكَذَّبَ وَعَصٰى فَحَشَرَ فَنَادٰى فَقَالَ اَنَا رَبُّكُمُ الۡاَعۡلٰى ثُمَّ اَدۡبَرَ يَسۡعٰى


“Tetapi dia (Fir‘aun) mendustakan dan mendurhakai. Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa). Kemudian dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru (memanggil kaumnya). (Seraya) berkata, ‘Akulah tuhanmu yang paling tinggi.’”


Maka dalam kesombongannya, Firaun menantang Musa dan mendeklarasikan dirinya sebagai Rabb yang paling tinggi. Maka ada pula upaya-upaya Firaun menghadang dakwah Nabi Musa. Ada beberapa pola politik Firaun yang mungkin masih banyak digunakan sampai saat ini, dan mungkin sekarang sedang digemakan di Indonesia ini. Inilah beberapa pola Propaganda yang Firaun gunakan untuk menghalangi tegaknya Din Allah dan Syariat Islam pada zamannya:


Pertama, mengejek dan merendahkan Nabi Musa. Dalam QS. As-Syua’ara ayat 18-19 Allah berfirman:


قَالَ اَلَمْ نُرَبِّكَ فِيْنَا وَلِيْدًا وَّلَبِثْتَ فِيْنَا مِنْ عُمُرِكَ سِنِيْنَ ۗ وَفَعَلْتَ فَعْلَتَكَ الَّتِيْ فَعَلْتَ وَاَنْتَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ


“Dia (Firaun) menjawab, “Bukankah kami telah mengasuhmu dalam lingkungan (keluarga) kami, waktu engkau masih kanak-kanak dan engkau tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu. Dan engkau (Musa) telah melakukan (kesalahan dari) perbuatan yang telah engkau lakukan dan engkau termasuk orang yang tidak tahu berterima kasih.”


Dan juga dalam QS. As-Syu’ara ayat 27:


قَالَ اِنَّ رَسُوْلَكُمُ الَّذِيْٓ اُرْسِلَ اِلَيْكُمْ لَمَجْنُوْنٌ


“Dia (Fir‘aun) berkata, “Sungguh, Rasulmu yang diutus kepada kamu benar-benar orang gila.”


Firaun merendahkan Musa dan mengatakan bahwa Musa telah kufur akan jasa-jasa Firaun yang telah merawatnya. Ketika Nabi Musa menyampaikan ke Rasulannya, Firaun mengejek Musa dengan sebutan orang gila, dan ini adalah pola, dari dulu sampai sekarang, pasti terulang. Sama halnya ketika Nabi Muhammad SAW menyampaikan ke Rasulannya, diolok-olok orang gila, direndahkan dan diejek oleh kaumnya.


Kedua, Mengkambing Hitamkan Nabi Musa atas segala masalah yang terjadi di Negeri tersebut. Ketika Firaun dan pengikunya menolak apa yang Nabi Musa sampaikan, Allah menimpakkan azab berupa wabah dan paceklik. Dalam QS. Al-Araf ayat 130-136, Allah berfirman:


وَلَقَدْ أَخَذْنَا آلَ فِرْعَوْنَ بِالسِّنِينَ وَنَقْصٍ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ. فَإِذَا جَاءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوا لَنَا هَذِهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا بِمُوسَى وَمَنْ مَعَهُ أَلا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لا يَعْلَمُونَ. وَقَالُوا مَهْمَا تَأْتِنَا بِهِ مِنْ آيَةٍ لِتَسْحَرَنَا بِهَا فَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ. فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الطُّوفَانَ وَالْجَرَادَ وَالْقُمَّلَ وَالضَّفَادِعَ وَالدَّمَ آيَاتٍ مُفَصَّلاتٍ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا مُجْرِمِينَ. وَلَمَّا وَقَعَ عَلَيْهِمُ الرِّجْزُ قَالُوا يَا مُوسَى ادْعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِنْدَكَ لَئِنْ كَشَفْتَ عَنَّا الرِّجْزَ لَنُؤْمِنَنَّ لَكَ وَلَنُرْسِلَنَّ مَعَكَ بَنِي إِسْرَائِيلَ. فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُمُ الرِّجْزَ إِلَى أَجَلٍ هُمْ بَالِغُوهُ إِذَا هُمْ يَنْكُثُونَ


“Dan Sungguh, Kami telah menghukum (Fir'aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan musim kemarau) bertahun-tahun dan kekurangan buah-buahan, agar mereka mengambil pelajaran. Kemudian apabila kebaikan (kemakmuran) datang kepada mereka, mereka berkata, ‘Ini adalah karena (usaha) kami,’ Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan pengikutnya. Ketahuilah, sesungguhnya nasib mereka di tangan Allah, namun kebanyakan mereka tidak mengetahui. Dan mereka berkata (kepada Musa), ‘Bukti apa pun yang engkau bawa kepada kami untuk menyihir kami, kami tidak akan beriman kepadamu.’ Maka Kami kirimkan kepada mereka topan (banjir besar), belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti-bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka sebelumnya juga kaum yang berdosa Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu mereka pun berkata, ‘Wahai Musa! Mohonkanlah untuk kami kepada Tuhamnu sesuai dengan janji-Nya kepadamu. Jika engkau dapat menghilangkan azab itu dari kami, niscaya kami akan beriman kepadamu dan pasti akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu.’ Tetapi setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang harus mereka penuhi ternyata mereka ingkar janji”


Bukannya beriman, mereka malah menuduh Musa sebagai pembawa sial dan menggunakan sihir, bahwa Nabi Musa adalah biang dari kekacauan dari Negeri tersebut. Mereka dengan mudah memfitnah Musa dan menyebarkan hoaks karena mereka memiliki fasilitas yang lengkap sebagai pemegang kekuasaan.


Ketiga, membuat masyarakat takut akan Risalah Nabi Musa. Firaun mengatakan Musa adalah seorang yang miskin, tidak dapat menjamin kehidupan kaumnya. Firaun menuduh Nabi Musa sebagai pemecah belah, dan hendak mengusir mereka dari tanah air dan Negeri mereka sendiri. Dalam QS. Taha ayat 57 Allah berfirman:


قَالَ اَجِئْتَنَا لِتُخْرِجَنَا مِنْ اَرْضِنَا بِسِحْرِكَ يٰمُوْسٰى


“Dia (Fir‘aun) berkata, ‘Apakah engkau datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami dengan sihirmu, wahai Musa?’”


Nabi Musa dituduh hendak mengusir masyarakat Mesir dari tanah mereka sendiri, dan hal ini juga terjadi pada masa kenabian Nabi Muhammad, bahkan Umar bin Khattab berniat membunuh Nabi Muhammad karena propaganda yang digemakan ditengah masyarakat bahwa Nabi Muhammad hendak memecah belah persatuan Kaum Kafir Quraisy.


Itulah beberapa Propaganda Firaun dan upayanya dalam menghancurkan dan memadamkan cahaya Allah melalui Nabi Musa. Dan mungkin secara tidak sadar manusia dari zaman ke zaman terus mengulangi pola propaganda hitam Firaun tersebut.


Wallahu A’lam




image source: www.osce.org

1 Comments

Post a Comment

Previous Post Next Post